ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN ADOPSI PERTANIAN ORGANIK DI
KENAGARIAN SIMARASOK KECAMATAN BASO KABUPATEN AGAM
Meldawati, A. Md
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Keberadaan sistem pertanian konvensional
dengan teknologi intensifikasinya telah membuat
terjadinya peningkatan pada aspek produksi dan ekonomi di sektor pertanian
Indonesia, tetapi pada satu sisi setelah sistem tersebut berjalan selama tiga dekade, keberhasilan tersebut ternyata
diiringi dengan terjadinya degradasi terhadap lingkungan pertanian,
ketergantungan petani terhadap tiga komponen revolusi hijau (pupuk kimia,
pestisida, dan benih unggul), dan lunturnya kearifan-kearifan lokal pada diri
petani. Meskipun telah berhasil
mendorong kenaikan produksi pangan,
tetapi tidak berarti tanpa pengaruh samping.
Sehingga secara tidak langsung, hal tersebut akan mempengaruhi
terjadinya penurunan tingkat pendapatan dan kualitas hidup pada petani, dimana
munculnya permasalahan tersebut merupakan salah satu dari permasalahan dalam
pembangunan sektor pertanian di Indonesia yang harus segera diatasi.
Pada
masa lalu, pemenuhan kebutuhan pangan diatasi pemerintah dengan memaksimalkan
hasil produksi melalui gerakan Revolusi
Hijau. Modernisasi pertanian melalui
penggantian tenaga manusia dan hewan dengan tenaga mesin mampu meningkatkan
hasil per unit input tenaga kerja dan menurunkan harga jual pangan per
satuan. Namun, hal ini banyak
menimbulkan akibat buruk, antara lain hilangnya kesempatan kerja, terciptanya
ketergantungan pada energi minyak bumi, diperlukannya modal yang lebih besar,
dan tersentralisasinya teknologi pada usahatani beskala besar (Praptono, 2010).
Implikasi
revolusi hijau mengakibatkan: (1) musnahnya kemandirian petani, (2)
tersingkirnya pengetahuan lokal atas cara-cara pembuatan pupuk sendiri,
pengendalian hama secara alami dan pemuliaan benih sendiri, (3) rusaknya
kebudayaan manusia yang mengangungkan nilai-nilai kehidupan yang harmoni,
karena dalam hubungan dengan alam selalu mengedepankan agenda ekonomi, dengan
tidak memperhatikan atau memperdulikan dampak terhadap lingkungan hidup dan masyarakat miskin, (4) timbulnya
dampak negatif pada lingkungan, keanekaragaman hayati, maupun sosial ekonomi
masyarakat (Praptono, 2010).
Untuk
mengatasi dampak negatif revolusi hijau, sistem pertanian organik muncul
sebagai alternatif solusi. Sistem
pertanian yang organik pada prinsipnya adalah kembali ke alam (back to
nature), yakni sistem pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah, serasi,
selaras, dan seimbang dengan lingkungan atau pertanian yang patuh dan tunduk
pada kaidah-kaidah alamiah. Sistem
pertanian organik juga berisi ajakan moral untuk berbuat kebajikan pada lingkungan
sumber daya alam dengan mempertimbangkan kesadaran lingkungan, bernilai
ekonomis, dan berwatak sosial (Praptono, 2010).
Secara simultan, ternyata masih ada
petani yang memperhatikan kondisi ekosistem dan lingkungan, dengan dikembangkan
metode budidaya pengolahan yang dianggap berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan. Petani tersebut dikenal
dengan “petani organik” yang mampu menyediakan hasil pertanian yang
berkualitas dan menekan pengaruh
sampingan. Walaupun demikian, masih
banyak sekali petani di Indonesia yang masih belum menerapkan pertanian
organik. Salah satu daerah yang
mengusahakan pertanian organik dan konvensional adalah Kenagarian Simarasok
Kecamatan Baso.
Kenagarian
Simarasok merupakan salah satu Kenagarian di Kecamatan Baso Kabupaten Agam yang
di dalamnya terdapat petani organik dan petani konvensional, tepatnya di Jorong
Koto Tuo yang terdapat beberapa orang petani yang tergolong ke dalam Kelompok Tani organik yang sudah cukup baik dalam pelaksanaannya
serta sudah mendapat sertifikat organik.
Kelompok tani ini diberi nama Kelompok Tani Lurah Sepakat.
Kelompok Tani
Lurah Sapakat beralamat di Jorong Koto Tuo Kenagarian Simarasok Kecamatan Baso
Kabupaten Agam. Kelompok Tani ini
merupakan Kelompok Tani organik yang mengusahakan tanaman padi sawah. Kelompok
tani ini dipilih secara sengaja karena sudah mendapat sertifikat organik. Produksi padi di Kelompok Tani Lurah Sepakat
ini sudah mencapai 7,3 ton/ha. Selain
itu, Kelompok Tani ini juga dibentuk
dari awal khusus untuk mengusahakan pertanaman padi sawah organik.
1.2.
Perumusan Masalah
Penerapan
pertanian organik mengalami banyak tantangan yang cukup menjadi penghambat
dalam pengembangannya. Meskipun di Kenagarian Simarasok
sudah dikembangkan pertanian organik, tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan pasar dikarenakan pelaku bisnis pertanian organik ini belum seberapa,
hal ini terlihat pada sedikitnya luasan lahan yang digunakan untuk pertanian
organik padi sawah di Kenagarian Simarasok yaitu hanya seluas delapan hektar. Hal lain yang menjadi pertimbangan petani
dalam mengadopsi pertanian organik adalah petani padi sawah biasanya mempunyai
ketakutan-ketakutan seperti jaminan pemasaran, harga produk, ketersediaan
input, dan biaya tenaga kerja.
Jaminan pemasaran produk sering
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengadopsian sistem pertanian
organik. Petani konvensional mempunyai
ketakutan akan ketersediaan penampungan hasil panen mereka seperti halnya
produk pertanian konvensional yang sudah biasa diadopsi. Mereka cenderung berfikir hasil panennya akan terbuang sia-sia karna
ketidaktersediaan penampungan hasil panennya.
Selain itu, harga produk pertanian
organik juga menjadi alasan kenapa petani tidak mau mengadopsi pertanian
organik. Petani mempunyai ketakutan
harga produk pertanian organik lebih tinggi dibandingkan hasil konvensional sehingga kuatir tidak terjangkau
oleh konsumen.
Petani konvensional juga cenderung
berpandangan bahwa harga input seperti
ketersediaan nutrisi dan pestisida nabati serta pupuk mengeluarkan biaya yang
cukup tinggi. Hal ini dikarenakan tidak
tersedianya di pasar sehingga mengharuskan petani untuk menyediakan
sendiri. Mereka berfikir hal itu hanya
akan menambah biaya tenaga kerja. Selain
itu, untuk bisa menyediakan nutrisi dan
pupuk sendiri membutuhkan pengetahuan yang cukup.
Selanjutnya , hal lain yang menjadi
pertimbangan petani dalam mengadopsi pertanian organik adalah biaya tenaga
kerja yang dibutuhkan yang relatif tinggi.
Hal ini dapat dilihat mulai dari
penyediaan nutrisi dan pupuk sampai kepada pemeliharaan yang meliputi
penyiangan dan penyemprotan.
Dari penjelasan
diatas maka timbul pertanyaan :
1. Apa saja faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi petani menerapkan pertanian
organik di Kenagarian Simarasok?
2. Apakah dengan menerapkan pertanian
organik produksi dan pendapatan petani
padi sawah di Kenagarian Simarasok meningkat?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
perumusan masalah yang diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1.
Mengetahui
faktor-faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi petani dalam mengadopsi teknologi sistem pertanian organik padi
sawah di Kenagarian Simarasok.
2.
Untuk menganalisis perbedaan produksi
dan pendapatan petani padi organik dan konvensional di Kenagarian Simarasok.
1.4. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan dan teori
diatas maka hipotesis awal yang diajukan adalah sebagai berikut:
H0=Pendapatan
petani padi organik lebih tinggi dibandingkan petani padi konvensional.
H1=Pendapatan
petani padi organik tidak lebih tinggi dibandingkan petani padi konvensional.
BAB II.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini
akan dilaksanakan di Kenagarian Simarasok Kecamatan Baso Kabupaten Agam. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan bahwa di Kenagarian Simarasok terdapat
subjek penelitian yaitu petani organik yang tergabung ke dalam Kelompok Tani
Lurah Sepakat yang sudah mendapat sertifikat organik dan pertanian
konvensional. Selain itu, belum ada
penelitian yang terkait dengan penelitian yang penulis angkat sebelumnya di
Kenagarian Simarasok. Alasan lain
pemilihan Kelompok Tani Lurah Sepakat sebagai salah satu subjek penelitian ini
yaitu produksi padi organik di Kelompok Tani Lurah Sepakat ini sudah mencapai
7,3 ton/ha. Kelompok Tani ini sengaja
dibentuk dari awal khusus untuk
mengusahakan pertanaman padi sawah organik.
Kelompok Tani Lurah Sepakat merupakan
salah satu daerah sentra padi di Kabupaten Agam. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan
September-Oktober 2012.
3.2. Cara Pelaksanaan Penelitian
Penelitian
ini termasuk ke dalam penelitian yang bersifat kualitatif kuantitatif.
Variabel internal dalam penelitian ini
adalah : umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, penghasilan
usahatani, interaksi kelompok, dan bimbingan.
Adapun variabel eksternal adalah jaminan pemasaran, harga produk,
ketersediaan input, dan biaya tenaga kerja.
Sampel yang
diambil adalah 40 sampel dengan rincian 20 orang petani padi organik yang
tergabung ke dalam Kelompok Tani Lurah Sepakat dan 20 orang petani konvensional
di wilayah Kenagarian Simarasok Kecamatan Baso Kabupaten Agam. Penetapan sampel menggunakan teknik purposive
sampling. Menurut Sugiarto (2003),
populasi adalah keseluruhan individu yang akan menjadi satuan analisis dalam
populasi yang layak dan sesuai untuk dijadikan atau ditarik sebagai sampel
penelitian sesuai dengan kerangka sampel.
3.3.Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini melalui beberapa tahap,
yaitu:
1. Penentuan topik penelitian.
2. Perencanaan penelitian.
3. Penyusunan proposal penelitian.
4. Pengumpulan data di lapangan.
5. Pengolahan data penelitian.
6.
Pembuatan
laporan penelitian.
3.4.
Metode Dan Teknik Pengumpulan Data
Menurut
Sugiarto (2003), populasi adalah keseluruhan individu yang akan menjadi satuan
analisis dalam populasi yang layak dan sesuai untuk dijadikan atau ditarik
sebagai sampel penelitian sesuai dengan kerangka sampel.
Data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Menurut Wirartha (2006), data
primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugas
pengambil data lainnya) dari sumber pertamanya.
Sedangkan menurut Daniel (2005), data primer yaitu data yang diperoleh
dari hasil wawancara (menggunakan kuesioner) dengan responden. Ciri-ciri data
primer adalah:
a.
Sumber
primer biasanya memuat satuan-satuan ukuran, definisi, dan kriteria yang
digunakan;
b.
Sumber
primer biasanya melampirkan daftar pertanyaan dan memuat prosedur yang
digunakan dalam pengumpulan data;
c.
Sumber
primer biasanya memuat data dengan lebih rinci.
Data sekunder
adalah data yang telah tersedia dalam berbagai bentuk, pada umumnya berupa data
statistik, yaitu data yang telah diolah oleh pihak-pihak tertentu, baik
pemerintah ataupun swasta. Pada
prinsipnya data sekunder adalah data yang telah ada, baik yang diterbitkan
ataupun yang tidak. Data sekunder yang
diperlukan dalam penelitian ini berasal dari buku, jurnal, dan internet.
3.5. Teknik Analisis Dan Metode
Pengujian
1.
Analilis faktor
internal dan eksternal
Teknik analisis
untuk tujuan pertama yaitu untuk menganalisis faktor-faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi keberhasilan adopsi pertanian organik dengan menggunakan metode regresi linear
berganda.
a.
Faktor internal
Persamaannya sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2
+ b3X3 +b4X4 + b5X5
+ b6X6
Dimana :
Y = Keberhasilan adopsi pertanian organik
a = Konstanta
b1 s/d b4 = Koefisien regresi
X1 = Umur
X2 = Tingkat pendidikan
X3 = Pengalaman berusahatani
X4 = Penghasilan usahatani
X5 = Interaksi kelompok
X6 =
Bimbingan
b.
Faktor eksternal
Persamaannya sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2
+ b3X3 +b4X4
Dimana :
Y = Keberhasilan adopsi pertanian organik
a = Konstanta
b1 s/d b4 = Koefisien regresi
X1 = Jaminan pemasaran
X2 = Harga produk
X3 = Ketersediaan input
X4 =
Biaya tenaga kerja
2.
Analisis pendapatan
Untuk tujuan kedua, dilakukan
analilis dengan menggunakan rumus pendapatan dan pengujian statistik dengan uji t-student.
a.
Pendapatan
Data yang digunakan adalah kuantitatif yang digunakan untuk menghitung pendapatan
usahatani padi organik dan konvensional.
Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya tunai yang
dibayarkan. Pendapatan dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
π = TR –TC
Dimana:
π = Pendapatan usahatani
TR = Total penerimaan (Total
Revenue)
TC = Total
Biaya (Total Cost)
b.
R/C Rasio
R/C Rasio merupakan analisis yang digunakan untuk melihat
seberapa besar perbandingan antara penerimaan dan biaya-biaya yang
dikeluarkan. R/C rasio atau analisis
imbangan penerimaan dan biaya secara sistematis dan dapat ditulis sebagai
berikut.
Rasio penerimaan atas biaya menunjukkan besarnya
penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam
produksi usahatani. Dimana R/C=1 artinya
usahatani yang dilakukan tidak menguntungkan dan tidak pula mengalami kerugian.
R/C >1 artinya usahatani yang dilakukan menguntungkan, dan R/C < 1
artinya usahatani yang dilakukan mengalami kerugian.
c.
Uji-t Student
Untuk melihat
perbandingan pendapatan antara pertanian organik dan konvensional diuji secara
statistik dengan pada taraf nyata 5 %
uji t-student. Kriteria pengujian adalah H0 diterima jika t
hit > t tabel
DAFTAR PUSTAKA
Daniel, M. 2005. Metode penelitian sosial ekonomi. Bumi Aksara. Jakarta.
Martodireso,
S dan W. A. Suryanto. 2001. Terobosan teknologi pemupukan dalam era pertanian
organik. Kanisius. Yogyakarta. 78 hal.
Praptono, Bakdo.
2010. Kajian Pola Bertani Padi Sawah
di Kabupaten Pati Ditinjau Dari Sistem Pertanian Berkelanjutan (Studi Kasus di
Kecamatan Pati). [Tesis]. Semarang. Program Pasca Sarjana Unversitas
Diponegoro. Hal 19
Sugiarto dan Dergibson Siagian. 2003. Teknik sampling. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Wirartha, I Made. 2006. Metodologi penelitian sosial ekonomi.
Andi Offset. Yogyakarta.