Senin, 08 Oktober 2012

POROPOSAL PENELITIAN


ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN ADOPSI  PERTANIAN ORGANIK DI KENAGARIAN SIMARASOK KECAMATAN BASO KABUPATEN AGAM

Meldawati, A. Md

 I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keberadaan sistem pertanian konvensional dengan teknologi intensifikasinya telah membuat terjadinya peningkatan pada aspek produksi dan ekonomi di sektor pertanian Indonesia, tetapi pada satu sisi setelah sistem tersebut berjalan selama  tiga dekade, keberhasilan tersebut ternyata diiringi dengan terjadinya degradasi terhadap lingkungan pertanian, ketergantungan petani terhadap tiga komponen revolusi hijau (pupuk kimia, pestisida, dan benih unggul), dan lunturnya kearifan-kearifan lokal pada diri petani.  Meskipun telah berhasil mendorong kenaikan  produksi pangan, tetapi tidak berarti tanpa pengaruh samping.  Sehingga secara tidak langsung, hal tersebut akan mempengaruhi terjadinya penurunan tingkat pendapatan dan kualitas hidup pada petani, dimana munculnya permasalahan tersebut merupakan salah satu dari permasalahan dalam pembangunan sektor pertanian di Indonesia yang harus segera diatasi.
Pada masa lalu, pemenuhan kebutuhan pangan diatasi pemerintah dengan memaksimalkan hasil produksi melalui gerakan Revolusi Hijau.  Modernisasi pertanian melalui penggantian tenaga manusia dan hewan dengan tenaga mesin mampu meningkatkan hasil per unit input tenaga kerja dan menurunkan harga jual pangan per satuan.  Namun, hal ini banyak menimbulkan akibat buruk, antara lain hilangnya kesempatan kerja, terciptanya ketergantungan pada energi minyak bumi, diperlukannya modal yang lebih besar, dan tersentralisasinya teknologi pada usahatani beskala besar (Praptono, 2010).
Implikasi revolusi hijau mengakibatkan: (1) musnahnya kemandirian petani, (2) tersingkirnya pengetahuan lokal atas cara-cara pembuatan pupuk sendiri, pengendalian hama secara alami dan pemuliaan benih sendiri, (3) rusaknya kebudayaan manusia yang mengangungkan nilai-nilai kehidupan yang harmoni, karena dalam hubungan dengan alam selalu mengedepankan agenda ekonomi, dengan tidak memperhatikan atau memperdulikan dampak terhadap lingkungan  hidup dan masyarakat miskin, (4) timbulnya dampak negatif pada lingkungan, keanekaragaman hayati, maupun sosial ekonomi masyarakat (Praptono, 2010). 
Untuk mengatasi dampak negatif revolusi hijau, sistem pertanian organik muncul sebagai alternatif solusi.  Sistem pertanian yang organik pada prinsipnya adalah kembali ke alam (back to nature), yakni sistem pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah, serasi, selaras, dan seimbang dengan lingkungan atau pertanian yang patuh dan tunduk pada kaidah-kaidah alamiah.  Sistem pertanian organik juga berisi ajakan moral untuk berbuat kebajikan pada lingkungan sumber daya alam dengan mempertimbangkan kesadaran lingkungan, bernilai ekonomis, dan berwatak sosial (Praptono, 2010).
Secara simultan, ternyata masih ada petani yang memperhatikan kondisi ekosistem dan lingkungan, dengan dikembangkan metode budidaya pengolahan yang dianggap berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.  Petani tersebut dikenal dengan “petani organik” yang mampu menyediakan hasil pertanian yang berkualitas  dan menekan pengaruh sampingan.  Walaupun demikian, masih banyak sekali petani di Indonesia yang masih belum menerapkan pertanian organik.  Salah satu daerah yang mengusahakan pertanian organik dan konvensional adalah Kenagarian Simarasok Kecamatan Baso.
Kenagarian Simarasok merupakan salah satu Kenagarian di Kecamatan Baso Kabupaten Agam yang di dalamnya terdapat petani organik dan petani konvensional, tepatnya di Jorong Koto Tuo yang terdapat beberapa orang petani yang tergolong  ke dalam Kelompok Tani organik  yang sudah cukup baik dalam pelaksanaannya serta sudah mendapat sertifikat organik.  Kelompok tani ini diberi nama Kelompok Tani Lurah Sepakat.
Kelompok Tani Lurah Sapakat beralamat di Jorong Koto Tuo Kenagarian Simarasok Kecamatan Baso Kabupaten Agam.  Kelompok Tani ini merupakan Kelompok Tani organik yang mengusahakan tanaman padi sawah. Kelompok tani ini dipilih secara sengaja karena sudah mendapat sertifikat organik.  Produksi padi di Kelompok Tani Lurah Sepakat ini sudah mencapai 7,3 ton/ha.  Selain itu, Kelompok Tani ini juga dibentuk  dari awal khusus untuk mengusahakan pertanaman padi sawah organik. 
1.2. Perumusan Masalah
Penerapan pertanian organik mengalami banyak tantangan yang cukup menjadi penghambat dalam pengembangannya.  Meskipun di Kenagarian Simarasok  sudah dikembangkan pertanian organik, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pasar dikarenakan pelaku bisnis pertanian organik ini belum seberapa, hal ini terlihat pada sedikitnya luasan lahan yang digunakan untuk pertanian organik padi sawah di Kenagarian Simarasok yaitu hanya seluas delapan hektar.  Hal lain yang menjadi pertimbangan petani dalam mengadopsi pertanian organik adalah petani padi sawah biasanya mempunyai ketakutan-ketakutan seperti jaminan pemasaran, harga produk, ketersediaan input, dan biaya tenaga kerja.
Jaminan pemasaran produk sering dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengadopsian sistem pertanian organik.  Petani konvensional mempunyai ketakutan akan ketersediaan penampungan hasil panen mereka seperti halnya produk pertanian konvensional yang sudah biasa diadopsi.  Mereka cenderung berfikir  hasil panennya akan terbuang sia-sia karna ketidaktersediaan penampungan hasil panennya.
Selain itu, harga produk pertanian organik juga menjadi alasan kenapa petani tidak mau mengadopsi pertanian organik.  Petani mempunyai ketakutan harga produk pertanian organik lebih tinggi dibandingkan hasil  konvensional sehingga kuatir tidak terjangkau oleh konsumen.
Petani konvensional juga cenderung berpandangan bahwa harga input  seperti ketersediaan nutrisi dan pestisida nabati serta pupuk mengeluarkan biaya yang cukup tinggi.  Hal ini dikarenakan tidak tersedianya di pasar sehingga mengharuskan petani untuk menyediakan sendiri.  Mereka berfikir hal itu hanya akan menambah biaya tenaga kerja.  Selain itu, untuk bisa  menyediakan nutrisi dan pupuk sendiri membutuhkan pengetahuan yang cukup.
Selanjutnya , hal lain yang menjadi pertimbangan petani dalam mengadopsi pertanian organik adalah biaya tenaga kerja yang dibutuhkan yang relatif tinggi.  Hal ini dapat dilihat mulai dari  penyediaan nutrisi dan pupuk sampai kepada pemeliharaan yang meliputi penyiangan dan penyemprotan.
Dari penjelasan diatas maka timbul pertanyaan :
1.  Apa saja faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi petani menerapkan  pertanian organik di Kenagarian Simarasok?
2. Apakah dengan menerapkan pertanian organik produksi dan pendapatan  petani padi sawah di Kenagarian Simarasok meningkat?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1.    Mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi petani dalam mengadopsi teknologi sistem pertanian organik padi sawah  di Kenagarian Simarasok.
2.    Untuk menganalisis perbedaan produksi dan pendapatan petani padi organik dan konvensional di Kenagarian Simarasok.
1.4. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan dan teori diatas maka hipotesis awal yang diajukan adalah sebagai berikut:
H0=Pendapatan petani padi organik lebih tinggi dibandingkan petani padi konvensional.
H1=Pendapatan petani padi organik tidak lebih tinggi dibandingkan petani padi konvensional.

BAB II.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kenagarian Simarasok Kecamatan Baso Kabupaten Agam.  Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di Kenagarian Simarasok terdapat subjek penelitian yaitu petani organik yang tergabung ke dalam Kelompok Tani Lurah Sepakat yang sudah mendapat sertifikat organik dan pertanian konvensional.  Selain itu, belum ada penelitian yang terkait dengan penelitian yang penulis angkat sebelumnya di Kenagarian Simarasok.  Alasan lain pemilihan Kelompok Tani Lurah Sepakat sebagai salah satu subjek penelitian ini yaitu produksi padi organik di Kelompok Tani Lurah Sepakat ini sudah mencapai 7,3 ton/ha.  Kelompok Tani ini sengaja dibentuk  dari awal khusus untuk mengusahakan pertanaman padi sawah organik.  Kelompok Tani Lurah Sepakat merupakan  salah satu daerah sentra padi di Kabupaten Agam.  Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2012.
3.2. Cara Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian yang bersifat kualitatif kuantitatif. Variabel  internal dalam penelitian ini adalah : umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, penghasilan usahatani, interaksi kelompok, dan bimbingan.  Adapun variabel eksternal adalah jaminan pemasaran, harga produk, ketersediaan input, dan biaya tenaga kerja.
Sampel yang diambil adalah 40 sampel dengan rincian 20 orang petani padi organik yang tergabung ke dalam Kelompok Tani Lurah Sepakat dan 20 orang petani konvensional di wilayah Kenagarian Simarasok Kecamatan Baso Kabupaten Agam.  Penetapan sampel menggunakan teknik purposive sampling.   Menurut Sugiarto (2003), populasi adalah keseluruhan individu yang akan menjadi satuan analisis dalam populasi yang layak dan sesuai untuk dijadikan atau ditarik sebagai sampel penelitian sesuai dengan kerangka sampel. 
3.3.Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini melalui beberapa tahap, yaitu:
1.    Penentuan topik penelitian.
2.    Perencanaan penelitian.
3.    Penyusunan proposal penelitian.
4.    Pengumpulan data di lapangan.
5.    Pengolahan data penelitian.
6.    Pembuatan laporan penelitian.
3.4.  Metode Dan Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiarto (2003), populasi adalah keseluruhan individu yang akan menjadi satuan analisis dalam populasi yang layak dan sesuai untuk dijadikan atau ditarik sebagai sampel penelitian sesuai dengan kerangka sampel. 
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.  Menurut Wirartha (2006), data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugas pengambil data lainnya) dari sumber pertamanya.  Sedangkan menurut Daniel (2005), data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara (menggunakan kuesioner) dengan responden. Ciri-ciri data primer adalah:
a.    Sumber primer biasanya memuat satuan-satuan ukuran, definisi, dan kriteria yang digunakan;
b.    Sumber primer biasanya melampirkan daftar pertanyaan dan memuat prosedur yang digunakan dalam pengumpulan data;
c.    Sumber primer biasanya memuat data dengan lebih rinci.
Data sekunder adalah data yang telah tersedia dalam berbagai bentuk, pada umumnya berupa data statistik, yaitu data yang telah diolah oleh pihak-pihak tertentu, baik pemerintah ataupun swasta.  Pada prinsipnya data sekunder adalah data yang telah ada, baik yang diterbitkan ataupun yang tidak.  Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini berasal dari buku, jurnal, dan internet.
3.5. Teknik Analisis Dan Metode Pengujian
1.    Analilis faktor internal dan eksternal
Teknik analisis untuk tujuan pertama yaitu untuk menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keberhasilan adopsi pertanian organik  dengan menggunakan metode regresi linear berganda.
a.    Faktor internal
Persamaannya sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 +b4X4 + b5X5 + b6X6
Dimana :
Y                     = Keberhasilan adopsi pertanian organik
a                      = Konstanta
b1 s/d b4           = Koefisien regresi
X1                    = Umur
X2                    = Tingkat pendidikan
X3                    = Pengalaman berusahatani
X4                    = Penghasilan usahatani
 X5                     = Interaksi kelompok
X6                    = Bimbingan
b.    Faktor eksternal
Persamaannya sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 +b4X4
Dimana :
Y                     = Keberhasilan adopsi pertanian organik
a                      = Konstanta
b1 s/d b4           = Koefisien regresi
X1                    = Jaminan pemasaran
X2                    = Harga produk
X3                    = Ketersediaan input
X4                    = Biaya tenaga kerja

2.    Analisis pendapatan
Untuk tujuan kedua, dilakukan analilis dengan menggunakan rumus pendapatan dan pengujian statistik dengan uji t-student.
a.    Pendapatan
Data yang digunakan adalah kuantitatif  yang digunakan untuk menghitung pendapatan usahatani padi organik dan konvensional.  Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya tunai yang dibayarkan. Pendapatan  dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

π = TR –TC

Dimana:
π          = Pendapatan usahatani
TR       = Total penerimaan (Total Revenue)                     
TC       = Total Biaya (Total Cost)
b.    R/C Rasio
R/C Rasio merupakan analisis yang digunakan untuk melihat seberapa besar  perbandingan  antara penerimaan dan biaya-biaya yang dikeluarkan.  R/C rasio atau analisis imbangan penerimaan dan biaya secara sistematis dan dapat ditulis sebagai berikut.
Rasio penerimaan atas biaya menunjukkan besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam produksi usahatani.  Dimana R/C=1 artinya usahatani yang dilakukan tidak menguntungkan dan tidak pula mengalami kerugian. R/C >1 artinya usahatani yang dilakukan menguntungkan, dan R/C < 1 artinya usahatani yang dilakukan mengalami kerugian.

c.    Uji-t Student
Untuk  melihat perbandingan pendapatan antara pertanian organik dan konvensional diuji secara statistik dengan  pada taraf nyata 5 % uji t-student. Kriteria pengujian adalah H0 diterima jika t hit > t tabel

DAFTAR PUSTAKA

Daniel, M. 2005. Metode penelitian sosial ekonomi. Bumi Aksara. Jakarta.
Martodireso, S dan W. A. Suryanto. 2001. Terobosan teknologi pemupukan dalam era pertanian organik. Kanisius. Yogyakarta. 78 hal.
Praptono, Bakdo. 2010. Kajian Pola Bertani Padi Sawah di Kabupaten Pati Ditinjau Dari Sistem Pertanian Berkelanjutan (Studi Kasus di Kecamatan Pati). [Tesis]. Semarang. Program Pasca Sarjana Unversitas Diponegoro. Hal 19

Sugiarto dan Dergibson Siagian. 2003. Teknik sampling. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Wirartha, I Made. 2006. Metodologi penelitian sosial ekonomi. Andi Offset. Yogyakarta.